Spiritual Quotient

Sabtu, 31 Mei 2014


Pada saat ini menerapkan etika dalam berbisnis bukan sesuatu yang asing. Sebagian orang ada yang berkata, “Cari yang haram saja susah apalagi cari yang halal.” Padahal itu semua hanya mitos. Tidak mungkin Allah menyuruh kita melakukan sesuatu yang berat untuk dilakukan. Kalau Allah menyuruh kita mencari yang halal maka pasti bisa dan dimudahkan mencari yang halal. Sekarang adalah abad spiritualitas, abad yang menempatkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan tertinggi. Sekarang adalah eranya bisnis dengan menggunakan nilai-nilai spiritual. Inilah bisnis yang akan bertahan di masa depan.

Berbisnis dengan etika merupakan sesuatu yang sesuai dengan sunnatullah. Kalau kita menjalankan bisnis sesuai dengan aturan Allah maka Allah akan mendatangkan keberkahan bagi bisnis kita dan kehidupan kita. "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."(QS. Al araf[7]:96)

Di samping itu, kalau kita merujuk kepada syariat Islam, berbisnis tidak hanya untuk mencari kekayaan tapi sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bisnis adalah sebagai sarana meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Bahkan bisnis juga efektif sebagai sarana dakwah. Inilah yang dilakukan oleh para penyebar Islam pada awal perkembangan Islam di Indonesia.

Saat ini kita agak kesulitan mencari figur tauladan seorang spiritual entrepreneur. Padahal bagi kita umat Islam tidak usah bingung-bingung lagi mencari tauladan. Karena nabi kita, Muhammad saw adalah tauladan utama kita dalam berbisnis.  Cara-cara beliau dalam berdagang bisa kita jadikan acuan dalam menjalankan aktivitas bisnis.

Sayangnya kehebatan beliau di bidang bisnis ini jarang diungkap oleh ustad-ustad di pengajian-pengajiannya. Hal ini disebabkan karena ustadnya sendiri kurang memiliki wawasan entrepreneur. Kebanyakan mereka berlatar belakang akademisi, sehingga fokusnya hanya kepada ilmu-ilmu keislaman yang berkutat dengan ibadah ritual sehingga kita tertinggal dalam ilmu wirausaha. Akibatnya lahirlah orang-orang saleh yang tidak berdayaguna. Dia rajin ibadah ke mesjid tapi menggantungkan makan dan pemenuhan kebutuhan hidupnya kepada orang lain.

Kalau kita belajar dari nabi, maka pengalaman beliau dalam berbisnis telah membuat kepribadian beliau semakin mantap dan matang. Karena pendidikan bisnis akan sangat efektif untuk mendidik seorang calon pemimpin. aktivitas bisnis dengan segala tantangannya mampu melatih kepribadian seseorang untuk menjadi pemimpin. Bagaimana menyikapi konsumen, menyikapi kerugian, keberuntungan, dan bagaimana mengelola tim manajemen. Wallahua’lam.***



Read More..